Perkembangan Sosio-Emosional

A. Perkembangan sosio-emosional pada masa kanak-kanak

Kanak-kanak merupakan salah satu masa dalam tahapan perkembangan manusia yang memiliki karakteristik-karakteristik psikologis tertentu. Dalam hal ini, anak memiliki bakat bawaan dari lahir yang menjadi potensi alamiah mereka. Bakat-bakat bawaan itu akan maksimal jika ditentukan oleh rangsangan-rangsangan dari lingkungan sekitar anak, yaitu keluarga, teman, dan sekolah. Pola pendidikan dan pengajaran oleh lingkungan sekitar anak diharapkan dapat menyesuaikan dengan tahapan perkembangan pada masa kanak-kanak. Dengan demikian, tujuan dari program-program yang dibuat akan dapat diraih secara efektif.

Emosi merupakan salah satu aspek perkembangan yang melekat pada diri anak-anak. Kondisi emosi itu sendiri dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu : positif, misal gembira dan negatif, misal sedih. Konsep emosi cukup penting bila dikaitkan dengan fungsinya dalam hubungan interpersonal. Dalam hal ini, ekspresi emosi akan menjadi fasilitasi bagi seorang anak untuk dapat mengungkapkan perasaannya, perilakunya, serta keinginan-keinginannya.

 Pada hubungan anak dan orangtua, ekspresi emosi merupakan bahasa pertama kali dalam berkomunikasi. Seorang bayi telah mampu bereaksi terhadap ekspresi wajah dan nada suara orang tuanya. Sebaliknya, orang tua akan berusaha membaca makna dari tangisan bayinya. Seiring dengan usia, pola emosi yang diajarkan orangtua pada anak-anaknya akan membawa dampak terhadap perkembangan emosi seseorang. Orangtua yang mengajari anak untuk dapat mengontrol emosi dan memandang emosi negatif sebagai hal yang wajar, disertai dengan cara-cara mengatasinya akan memunculkan kemampuan anak dalam mengatur emosi sehingga menghindarkan anak dari masalah-masalah perilaku.

Pada masa kanak-kanak, dibutuhkan kemampuan untuk dapat mengungkapkan emosinya secara positif, termasuk sebab-akibat dari perasaan yang mereka miliki. Di samping itu, anak diharapkan mulai mampu merefleksikan emosi yang mereka rasakan sekaligus mengatur emosi mereka sesuai dengan konteks sosial yang ada. Dalam hal ini, orang-orang di sekeliling anak dapat membantu perkembangan emosionalnya dengan bersikap lebih peka terhadap perasaan dan kebutuhan anak.

Orang dewasa seharusnya membantu anak untuk dapat memahami emosi yang mereka rasakan sekaligus belajar untuk mengekspresikannya secara positif di dalam kehidupan sehari-hari. Seiring dengan waktu, emosi memainkan peran yang kuat terhadap hubungan sosial seorang anak. Seorang anak yang dapat mengatur emosi secara positif akan menjadi anak yang populer dan disenangi oleh teman-temannya.

Aspek lain dalam perkembangan kepribadian anak adalah pemahaman atau konsep diri. Pada masa kanak-kanak awal, anak biasanya memiliki pemahaman diri yang bersifat fisik ataupun aktivitas yang mereka lakukan. Ketika anak ditanya tentang siapa mereka, maka jawaban yang muncul biasanya berkisar pada ukuran tubuh atau aktivitas yang disenanginya. Konsep pemahaman diri ini menjadi lebih bersifat internal pada masa kanak-kanak menengah dan akhir. Anak-anak yang berada pada tingkat Sekolah Dasar telah mampu menyebutkan sifat-sifat psikologis dalam mendeskripsikan dirinya. Di samping itu, aspek sosial cukup memegang peranan besar dalam memahami konsep dirinya. Pada saat ini, anak mulai membandingkan keadaan dirinya dengan keadaan orang-orang di sekitarnya, terutama teman sebayanya.

Perkembangan sosio emosional pada anak permulaan masuk SD mulai mengembangkan keterampilan berpikir, bertindak, dan pengaruh sosial yang lebih kompleks. Seiring bertambahnya kelas dan dengan berlangsungnya pendidikan dan pengajaran di sekolah, anak semakin rnengembangkan konsentrasi dalam mengerjakan sesuatu termasuk mengerjakan tugas sekolah, mengevaluasi diri sendiri dibandingkan dengan orang lain. Pada akhir SMP anak sudah mencapai perkembangan sosio emosional yang lebih stabil dan sudah mengembangkan cara-cara pencapaian identitas.

Perkembangan sosial pada masa kanak-kanak tumbuh dari hubungan mereka yang erat dengan orang tua atau pengasuh lain, termasuk anggota keluarga. Interaksi sosial diperluas dari rumah ke tetangga, dan dari taman kanak-kanak ke sekolah dasar. Tetapi, pengaruh orang tua selalu yang paling kuat. Diane Baumrind (1983) mengidentifikasi tiga gaya atau cara orang tua dalam mendidik anaknya, meliputi (1)  tingkat kontrol orang tua terhadap anak; (2) kejelasan komunikasi orang tua dan anak; (3) tuntutan orang tua kepada anak untuk menjadi matang.
  • Orang tua otoriter (authoritarian parents)
  • Melarang anak dengan mengorbankan otonomi anak
  • Tidak mendorong sikap memberi dan menerima (give and take)
  • Menganggap bahwa anak-anak seharusnya menerima otoriter orang tua tanpa banyak pertanyaan dan cenderung keras
  • Orang tua yang permisif (cenderung membiarkan dan tidak tegas)
  • Memberi kebebasan sebanyak mungkin pada anak-anak mereka
  • Menempatkan harapan-harapan pada anak-anak mereka
  • Orang tua yang dapat dipercaya (authoritative)
  • Menghargai kemampuan anak secara langsung pada waktu anak bertingkah laku, sekaligus menunjukkan standar tingkah laku mereka sendiri
  • Bersedia berkompromi; berharap agar standar tingkah laku mereka bertemu dengan standar anak
  • Bersikap hangat, tapi juga menuntut
- Perkembangan sosio-emosional pada masa pra-remaja

Selama masa ini (6-12 tahun), banyak orang-orang atau lembaga yang telah mempengaruhi sosial anak-anak. Pada masa ini, hubungan antar teman menjadi sangat penting. Diterima oleh kelompok dan menjadi anggota kelompok merupakan tujuan utama. Kemudian, antara umur 7-9 tahun membentuk persahabatan yang erat dengan kelompoknya yang sejenis. Mereka cenderung melihat kelompok mereka sebagai model tingkah laku dan sebagai social reinforcement, seperti yang sering mereka lihat pada keluarga mereka sendiri. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa anak-anak telah mempercayakan teman-temannya sebagai sumber sosial dan sebagai pemberi dukungan moral.

Masalah-masalah yang berhubungan dengan perkembangan fisik, kognitif, dan sosial pada anak-anak ini adalah umum. Walaupun remaja pada umumnya bahagia dan optimis, mereka juga mempunyai banyak ketakutan, seperti tidak diterima oleh kelompoknya, tidak mempunyai sahabat, dihukum oleh orang tua, mempunyai orang tua yang bercerai, tidak melaksanakan tugas sekolah, dan sakit hati.

Emosi lain dari masa ini meliputi marah (ketakutan tidak dapat mengontrol kemarahan), merasa bersalah, frustasi, dan iri hati. Pra remaja membutuhkan bantuan dalam menyadari bahwa emosi-emosi ini adalah sesuatu yang wajar sebagai bagian dari pertumbuhan mereka.      

- Perkembangan sosio-emosional pada masa remaja

Adolescence (remaja) adalah transisi dari masa anak-anak ke usia dewasa. Periode ini dimulai sekitar usia sepuluh atau dua belas tahun sampai usia delapan belas atau dua puluh tahun. Remaja mulai mengalami perubahan fisik yang cepat, seperti: bertambahnya tinggi dan berat badan, dan perkembangan fungsi seksual.

Perkembangan remaja dimulai dengan masa puber, yaitu sekitar 12-14 tahun. Masa puber atau permulaan remaja adalah suatu masa saat perkembangan fisik dan intelektual berkembang sangat cepat. Pertengahan masa remaja adalah masa yang lebih stabil untuk menyesuaikan diri dan berintegrasi dengan perubahan permulaan remaja, kira-kira umur 14-16 tahun. Remaja akhir kira-kira umur 18-20 tahun ditandai dengan transisi untuk bertanggung jawab, membuat pilihan, dan berkesempatan untuk mulai menjadi dewasa.

Salah satu ciri remaja adalah kecendrungan untuk berpikir tentang apa yang terjadi pada pikiran seseorang dan mempelajari dirinya sendiri. Remaja mulai melihat lebih dekat diri mereka sendiri untuk mendefinisikan bahwa diri mereka berbeda. Mereka mudah menjadi tidak puas dengan diri mereka sendiri, mengkritik sifat-sifat pribadi mereka, membandingkan diri mereka dengan orang lain, dan mencoba mengubah seperti diri orang lain atau teman lain.

Berikut adalah beberapa konsep dalam perkembangan sosio-emosional pada masa remaja hingga dewasa yang diambil secara umum dari teori psikososial Erickson.

a. Identitas

Menurut Erikson (salah satu tokoh psikologi) tahap selama remaja adalah berpusat pada siapa saya, dengan identitas apa sebetulnya saya.

Perubahan pubertas memerlukan remaja untuk mengubah konsep fisik mereka, menyesuaikan diri terhadap harapan-harapan teman dan keluarga serta membuat keputusan tentang peranan sekolah dan tingkah laku. Kemampuan intelektual remaja tumbuh, termasuk kecendrungan baru tentang refleksi diri dan juga membuat perubahan dalam konsep diri dan integrasi terhadap keterampilan logika baru.
  1. Mereka menaruh perhatian besar pada cara orang lain memandang mereka.
  2. Mereka mencari sesuatu yang sudah berlalu, misalnya mencari tahu tentang asal usul mereka, siapa saja keluarga besar mereka, pengalaman-pengalaman mereka waktu kecil dan masa kanak-kanak.
  3. Mereka bertingkah pada perasaan dan mengekspresikan kepercayaan serta pendapat mereka; remaja menilai tinggi “kejujuran” dan bertingkah laku dengan cara-cara “benar” untuk dirinya sendiri.
b. Otonomi

Perkembangan kepribadian lain yang penting pada masa remaja adalah tuntutan otonomi yang bertambah untuk menentukan dirinya sendiri. Kesadaran remaja untuk berkembang sama seperti orang dewasa berkembang, dan kemampuan mereka untuk menganalisis dan memperbaiki rencana mereka menjadi bertambah sulit jika mereka menerima pengarahan orang dewasa. Remaja tahu bahwa mereka harus bertanggung jawab untuk perbuatan mereka seperti halnya orang dewasa dan mereka perlu berlatih bahwa bertanggung jawab adalah sangat penting.

· Penyesuaian diri

Pada saat yang sama ketika remaja sedang mencari otonomi dari orang tua mereka dan orang lain, mereka juga sedang mencari penyesuaian (conformity) untuk dapat diterima oleh kelompok mereka. Untuk bisa diterima, mereka mungkin membentuk “peraturan-peraturan kelompok” yang melarang masuk siapa saja yang tidak mengikuti aturan mereka, termasuk cara berpakaian, bahasa, dan tingkah laku kelompok. Meskipun kelompok merupakan suatu pernyataan emansipasi sosial, tidak terlepas dari adanya bahaya, sebab setiap pembentukan kelompok kecendrungan kohesi bertambah kuat.

· Perkembangan pribadi

Persahabatan, popularitas, konflik dengan kelompoknya, berkencan, dan berhubungan seksual, semuanya menghabiskan waktu dan energi remaja yang cukup besar. Pada permulaan remaja, dua kebutuhan baru muncul, yaitu: (1) kebutuhan akan hubungan dengan orang lain secara akrab dimana dia dapat menyampaikan perasaan-perasaannya dan pikiran-pikirannya; (2) kebutuhan untuk kepuasan seks. Tugas remaja adalah mengembangkan keterampilan untuk berhubungan dengan orang lain secara akrab dan mulai mengembangkan hubungan yang akan menuju pilihan patner untuk kepuasan seks.

· Keintiman

Harry Stack Sullivan (1953) menyampaikan suatu hipotesis untuk menggambarkan perubahan dalam hubungan penting anak sampai dewasa. Menurut Sullivan, tingkah laku manusia dibentuk oleh usaha kita untuk tetap menjalin hubungan dengan orang lain secara enak dan menyenangkan. Kita sering bertindak untuk menghindari kecemasan akan retaknya hubungan dengan orang lain. Hubungan manusia berkembang, seperti anak juga berkembang. Karena hubungan makin luas, keterampilan sosial baru diperlukan dan anak-anak perlahan-lahan bergabung dengan masyarakat luas. Hubungan dengan orang lain dan perasaan aman adalah kebutuhan manusia yang paling penting dan ini memberikan motivasi untuk tingkah laku sosial dan perkembangan.

Belajar mengembangkan komunikasi yang akrab dengan teman lawan jenis maupun teman sejenis adalah salah satu tugas remaja yang penting. Keakraban dengan teman sejenis lebih mudah untuk dicapai karena mereka mempunyai perubahan yang sama, dan biasa bagi mereka. Keakraban atau keintiman dengan kelompok dari jenis kelamin lain lebih sulit. Karena faktanya, keakraban yang demikian sering melibatkan kebutuhan yang lain, yaitu kebutuhan seks. Mereka tidak ingin dibingungkan antara persahabatan sebagai teman biasa dan sebagai teman untuk memenuhi kebutuhan seks. Remaja yang baik tahu bahwa orang dewasa yang matang dapat memelihara hubungan yang baik dengan lawan jenis sampai pada saatnya mereka diperbolehkan untuk berhubungan seks.

Remaja telah menghabiskan waktu untuk kegiatan sosial dan bersenang-senang dengan seorang lawan jenis. Pertama adalah keterlibatan mereka dengan kelompok jenis kelamin yang sama, kemudian dengan lawan jenis, tetapi kencan masih belum formal. Mereka lebih mementingkan bagaimana cara menyesuaikan diri antara laki-laki dan perempuan. Berkencan merupakan hal penting dalam proses pembentukan identitas, karena berkencan membiarkan remaja mencoba berperan sebagai laki-laki dan perempuan. Reaksi dari lawan jenis memberikan informasi tentang bagaimana berperan sebagai laki-laki atau perempuan.

Menurut Erikson, kencan adalah langkah menuju tahap mencapai identitas. Pada tahap awal, kedewasaan ditandai dengan perhatian terhadap lawan jenis dengan lebih intim. Persahabatan berkembang sebagai dua identitas sampai pada menemukan pasangan tetap. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti menyimpulkan bahwa proses perkembangan remaja meliputi masa transisi biologis yaitu pertumbuhan dan perkembangan fisik. Transisi kognitif yaitu perkembangan kognitif remaja pada lingkungan sosial dan juga proses sosioemosional dan yang terakhir adalah masa transisi sosial yang meliputi hubungan dengan orang tua, teman sebaya, serta masyarakat sekitar.
Title : Perkembangan Sosio-Emosional
Description : A. Perkembangan sosio-emosional pada masa kanak-kanak Kanak-kanak merupakan salah satu masa dalam tahapan perkembangan manusia yang memil...

2 Responses to "Perkembangan Sosio-Emosional"

  1. Kepribadian anak akan dibentuk ketika orang tua bisa menjadi pahlawan baginya. Lebih baik membiarkan mereka menemukan dunianya sendiri.
    Kemampuan seorang anak mengendalikan omosinya sangat menentukan kehidupannya dalam bersosial di masyarakat.
    Salam santai
    menang BERSAMA
    hidup adalah PERJUANGAN

    ReplyDelete
  2. Tolong diberi daftar pustaka ya. Terimakasih

    ReplyDelete