Masalah-Masalah Dalam Belajar



Masalah belajar juga dapat kita lihat, tatkala anak mulai tidak bisa mengikuti pelajaran di sekolah pada umumnya kita beranggapan bahwa anak itu malas belajar. Itu sebabnya biasanya kita bereaksi dengan menegurnya dan pada akhirnya meminta bantuan guru les. Sesungguhnya ada banyak alasan mengapa anak mengalami kesukaran belajar; kemalasan hanyalah salah satunya.
  1. Anak tidak bisa mengikuti pelajaran karena kecerdasannya tidak memadai. Orangtua mesti menilai kemampuan anak dengan tepat dan menyekolahkannya di sekolah yang sesuai dengan kesanggupannya. Jika kita melihat bahwa anak telah berusaha dan dengan tekun belajar namun hasilnya tetap tidak memadai, itu berarti tuntutan sekolah melampaui kesanggupannya. Bila kita memaksakannya anak akan tertekan dan sebagai akibatnya, aspek lain dari perkembangan dirinya akan terganggu.
  2. Anak tidak bisa mengikuti pelajaran karena pelajaran disampaikan dengan cara yang tidak sesuai dengan cara belajarnya. Anak belajar dengan cara yang berbeda: ada yang cenderung berpikir abstrak namun ada yang berpikir konkret; ada yang belajar berurut dan ada yang belajar secara acak. Seorang guru tidak selalu dapat menyampaikan dan menjelaskan materi pelajaran yang cocok untuk setiap anak didik. Itu sebabnya penting bagi kita orangtua untuk mengenali cara belajar anak dan pola pikirnya. Bila setelah menjelaskannya dengan cara berbeda anak mengerti, itu berarti pola pembelajaran di sekolah tidak pas untuknya dan kitalah yang harus berperan membantunya di rumah.
  3. Anak mengalami kesukaran karena minat belajarnya terbatas pada satu atau pelajaran saja. Jika dirata-ratakan anak mesti menguasai sekitar 10 mata pelajaran. Masalahnya adalah sepuluh mata pelajaran ini mewakili sepuluh bidang keahlian dan sedikit manusia yang dapat menguasai sepuluh bidang keahlian. Makin merata keahlian seseorang, makin dapat ia mengikuti pelajaran-pelajaran itu semua. Namun bila kemampuannya terfokus pada satu atau dua bidang saja, sudah tentu ia akan mengalami masalah dalam bidang lainnya. Tugas orangtua adalah menolong anak agar dapat melewati pelajaran-pelajaran lainnya. Ia tidak usah mendapat nilai 10, nilai 6 pun memadai sebab pada akhirnya ia akan mengembangkan bidang keahliannya di tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
  4. Anak mengalami kesulitan belajar karena alasan pribadi yang berkaitan dengan pengajar. Misalnya ada anak yang tidak menyukai pelajaran tertentu karena ia tidak menyukai kepribadian pengajarnya. Bisa pula ia tidak menyukai pengajar karena pernah diejek atau dipermalukan. Sebagai akibatnya ia tidak memberi perhatian apalagi menumbuhkan minat pada bidang tersebut. Nilainya pun akhirnya merosot. Sebagai orang tua kita harus membantu anak untuk memisahkan pengajar dan ajarannya; melalui contoh konkret kita menjelaskan materi pelajarannya dan menumbuhkan minatnya sebab sayang sekali kalau gara-gara faktor pribadi, ia kehilangan kesempatan mengembangkan minat pada bidang yang dikuasainya itu.
  5. Anak mengalami kesukaran belajar akibat perlakuan teman yang tidak bersahabat. Akhirnya ia tidak suka ke sekolah dan sukar berkonsentrasi belajar sebab ia kerap merasa takut ke sekolah. Membayangkan sekolah saja sudah membuatnya tertekan, apalagi pergi ke sekolah. Kalau ini yang terjadi, maka kita perlu melindunginya. Kita dapat menawarkan bantuan kepadanya namun bila ia menolak, berilah kesempatan kepadanya untuk menyelesaikan masalah itu dengan temannya. Sudah tentu kita harus menawarkan masukan tentang apa yang dapat dilakukannya untuk mengatasi masalah dengan temannya.
  6. Anak mengalami kesukaran belajar akibat masalah rumah tangga. Problem orangtua pada akhirnya menjadi problem anak pula sebab anak akan terpengaruh olehnya. Biasanya anak menjadi tegang dan sulit berkonsentrasi akibat pertengkaran yang didengarnya semalam. Kadang anak khawatir bahwa orangtua akan bertengkar lagi tatkala ia berada di sekolah dan mungkin salah satu akan mengalami luka. Jika ini yang terjadi, orangtua mesti mencari pertolongan dan menyelesaikan masalahnya.
  7. Anak mengalami kesukaran belajar sebab baginya bermain jauh lebih menyenangkan daripada belajar. Ketersediaan mainan dapat menjadi cobaan yang terlalu sulit untuk ditampik anak; akhirnya ia asyik bermain dan lupa waktu dan lupa tanggung jawab. Orangtua mesti membatasi waktu bermain anak namun tidak seharusnya orangtua melarang anak bermain sama sekali. Anak perlu bermain setiap hari untuk menyeimbangkan hidupnya kembali. Dengan pengawasan, anak seharusnya diizinkan waktu bermain agar ia dapat menyegarkan jiwanya kembali.
Pada garis besarnya faktor-faktor timbulnya masalah belajar pada murid dapat dikelompokkan ke dalam duakategori,yaitu:
a. Faktor-faktor internal (faktor-faktor yang berada pada diri murid itu sendiri), antara lain:
  1. Gangguan secara fisik, seperti kurang berfungsinya organ-organ perasaan, alat bicara, gangguan panca indera, cacat tubuh, serta penyakit menahun.
  2. Ketidakseimbangan mental (adanya gangguan dalam fungsi mental), seperti menampakkan kurangnya kemampuan mental, taraf kecerdasan cenderung kurang.
  3. Kelemahan emosional, seperti merasa tidak aman, kurang bisa menyusuaikan diri (maladjusment), tercekam rasa takut, benci dan antipati, serta ketidak matangan emosi.
  4. 4. Kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap yang salah, seperti kurang perhatian dan minat terhadap pelajaran sekolah malas dalam belajar, dansering bolos atau tidak mengikuti pelajaran.
b. Faktor Eksternal ( faktor-faktor yang timbul dari luar diri individu ), yaitu berasal dari

a). Sekolah, antara lain :
  • Sifat kurikulum yang kurang fleksibel
  • Terlalu berat beban belajar (murid) dan atau mengajar (guru)
  • Metode mengajar yang kurang memadai
  • Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar
b). Keluarga (rumah), antara lain :
  • Keluarga tidak utuh atau kurang harmonis.
  • Sikap orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya
  • Keadaan ekonomi.
Langkah-langkah yang ditempuh untuk menjamin keberhasilan belajar adalah :

1) Identifikasi masalah siswa, 2) Diagnosa, 3) Prognosa, 4) Pemberian Bantuan, 5) Follow up (tindak lanjut)

1. Identifikasi Masalah Siswa

Identifkasi masalah siswa adalah untuk menentukan siswa yang mengalami kesulitan belajar yang sangat memerlukan bantuan. Langkah ini "sangat mendasar sekali" dan merupakan awal kegiatan bimbingan terhadap siswa yang bermasalah, untuk menentukan masalah yang dialaminya.

Dalam bimbingan belajar siswa, masalah yang terjadi dijaga kerahasiaannya. Dikandung maksud agar siswa yang mengalami permasalahan tidak terbebani, tidak ragu dan tanpa rasa takut mengungkapkan permasalahannya dengan jujur. Metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara, instrumen.

2. Diagnosa

Diagnosa dilakukan dalam bimbingan belajar, diartikan sebagai rumusanrumusan masalah siswa, jenis kesulitan serta latar belakang kesulitan dalam pelajaran, serta kesulitan belajar atau masalah yang mengganggu aktivitasnya sehari-hari sehingga mempengaruhi belajarnya. 
Prognosa

Prognosa merupakan kegiatan memperkirakan permasalahan, apabila siswa yang mengalami kesulitan belajar tidak segera mendapat bantuan. Bertujuan untuk menentukan bantuan yang dapat diberikan kepadanya.

4. Pemberian Bantuan

Bantuan yang diberikan dengan menggunakan pengarahan, motivasi, belajar. Cara mengatasi masalah kesulitan belajar melalui latihan-latihan dan tugas baik individu maupun kelompok, secara rutin.

Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang ditujukan kepada individu atau kelompok siswa agar yang bersangkutan dapat mengenali dirinya sendiri, baik kemampuan yang dimilikinya maupun kelemahannya agar selanjutnya dapat mengambil keputusan dan dapat bertanggung jawab dalam menentukan jalan hidupnya atau memecahkan sendiri kesulitan yang dihadapi serta dapat memahami lingkungannya secara tepat sehingga dapat memperoleh kebahagiaan hidupnya.

Langkah-langkah bimbingan belajar:
  1. Mengenal siswa yang mendapat kesulitan belajar dengan menggunakan norma atau ukuran kriteria tertentu.
  2. Mencari sebab-sebab siswa mendapat kesulitan.
  3. Mencari usaha untuk membantu memecahkan kesulitan-kesulitan itu.
  4. Mengadakan pencegahan supaya kesulitan yang dialami seseorang tidak menular kepada yang lain (Sutijono, S, 1991 : 49).
Title : Masalah-Masalah Dalam Belajar
Description : Masalah belajar juga dapat kita lihat, tatkala anak mulai tidak bisa mengikuti pelajaran di sekolah pada umumnya kita beranggapan bah...

0 Response to "Masalah-Masalah Dalam Belajar"

Post a Comment