Jenis-Jenis Kesulitan Belajar



Jenis-jenis kesulitan belajar

A. Diskalkulia

Apakah yang dimaksud ‘Discalculia’?


‘Dyscalculia’ mengacu pada kesulitan ketika mengerjakan perhitungan matematika. Ketika hubungannya dengan bahasa, digunaka istilah ‘Dyslexia’ atau juga ‘Dysgraphia’. Pada intinya, ‘Dyscalculia’ adalah ketidakmampuan searing anak dalam menyerap konsep aritmatika. Aturan yang digunakan untuk pendidikan khusus diskalkulia beragam dari negara ke negara. Pada awal penilaiannya, siswa akan mengalami kesulitan yang terlihat signifikan dalam aritmatika, lalu baru dapat ditegakkan diagnosisnya dengan melalui serangkain tes, sebelum pada akhirnya akan diberikan pengajaran khusus. Namun sayangnya, siswa dengan gejala diskalkulia ini suit di diagnosis terutama mereka yang bersekolah di sekolah-sekolah Negri, dikarenakan lemahnya stander pengukuran kerangka kerjadan kriteria

Mengapa sebagian orang memiliki kelemahan diskalkulia ?

Sebagian besar, orang yang mengalami diskalkulia atau kesulitan dalam Matematika mempunyai kesulitan dalam proses visual. Pada beberapa kasus, pada bagian pemrosesan dan pengurutan, matematika memerlukan seperangkat prosedur yang harus diikuti dalam pol a yang urut, hal ini juga berkaitan dengan kurangnya memory (memory deficits). Mereka yang mengalami kesulitan mengingat benda-benda/angka, akan mengalami kesulitan mengingat urutan operasi (order of operations) yang harus diikuti atau langkah-langkah pengurutan tertentu yang harus diambil untuk memecahkan soal-soal matematika. Yang terakhir, kesulitan matematika juga seringkali berhubungan dengan phobia matematika. Hal ini berkaitan dengan batang otak dari sistem ‘belief ‘ seseorang yang mengatakan bahwa ‘says tidal bias matematika’. Hal ini dapat terjadi karen a pengalaman masa lalu yang negatif ataupun karena kurangnya rasa percaya diri ketika berhadapan dengan soal matematika. Kita semua tau bahwa sikap yang positif akan mengarah pada performa yang lebih baik.

Apa yang harus dilakukan ?

· Perbanyak contoh-contoh konkrit untuk memastikan pemahaman yang kuat sebelum melangkah kepada konsep yang abstrak. Hal ini akan membantu untuk memberikan strategi untuk memvisualisasikan konsep. Ketika mengerjakan soal cerita, berikan kesempatan kepada anak untuk membayangakan situasi kehidupan sehari-hari atau alat yang membantunya memvisualisasikan sebuah bentuk, konsep, atau pola.

· Berikan kesempatan untuk menggunakan gam bar, grafik, kalimat, atau kartu untuk membantu dalam hal pemahaman soal. Hubungkan permasalahannya dengan contoh kehidupan sehari-hari.

· Kembangkan sebuah konsep diri bahwa ‘says bias’, sesering mungkin. JANGAN katakan, “Ibu/Ayah tidak pandai matematika, tak heran kamu pun begitu”. Ingatlah, dengan suasana yang baik, (tutoring, one to one support) dan sikap yang positif, semua orang pintar matematika !

· Gunakan pendekatan yang positif untuk mengenalkan konsep dasar. Kartu atau permainan komputer untuk menguasai konsep awal sampai dengan 20 dan tabel perkalian akan sang at berguna. 10 menit sehari akan berhasil.

· Berikan bantuan dalam mempelajari simbol-simbol matematika dan bahasa matematika. Contohnya, pikirkan tenting simbol ‘-’ (minus) berarti ‘pergi’ atau ‘hilang’, dan simbol ‘+’ berarti ‘datang’ atau ‘muncul’.Simbol ‘-’ bisa juga berarti ‘mengurangi’, bisa juga pecahan, atau juga bilangan bulat negatif.

B. Pengertian Disleksia

” Disleksia” merupakan istilah yang banyak digunakan. Kata ini dapat diartikan secara sempit maupun dalam arti yang lebih luas. Kata “disleksia” berasal dari bahasa Yunani:“dys” = kesulitan“lexis” = kata-kata Dalam arti sempit, disleksia seringkali dipahami sebagai kesulitan membaca secara teknis. Sedangkan dalam arti luas, disleksia berarti segala bentuk kesulitan yang berhubungan dengan kata-kata, seperti kesulitan membaca, mengeja, menulis, maupun kesulitan untuk memahami kata-kata (Pollock & Waller, 1994).

· Gejala-gejala yang sering ditemui di sekolah antara lain:
· Sulit mengeja
· Sulit membedakan huruf b dan d
· Kekurangan atau kelebihan huruf dalam menulis
· Sulit mengingat arah kiri dan kanan
· Sulit membedakan waktu (hari ini, kemarin, besok)
· Sulit mengingat urutan
· Sulit mengikuti instruksi verbal
· Sulit berkonsentrasi, perhatiannya mudah beralih
· Sulit berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan (bahasanya kaku dan tidak berurutan)
· Untuk berhitung seringkali juga mengalami kesulitan, terutama dalam soal cerita
· Tulisan sulit dibaca
· Kurang percaya diri

a. Penanganan Secara Umum

Anak disleksia dapat belajar di sekolah reguler ataupun disekolah khusus. Jika dengan kesulitan belajarnya tersebut, anak masih dapat mengikuti pelajaran dengan nilai yang “cukup” dan perkembangan sosial dan emosinya tidak terganggu, maka kondisi ini masih memungkinkan anak itu untuk belajar disekolah reguler. Namun jika kesulitannya itu sangat berpengaruh pada prestasi belajarnya, bahkan sampai tidak naik kelas, maka anak seperti ini sebaiknya ditangani di sekolah khusus agar memperoleh penanganan yang lebih terfokus. Di sekolah khusus yang menangani anak-anak yang memiliki kesulitan belar spesifik (diantaranya anak disleksia), dilakukan pendekatan sebagai berikut:

  1. Manajemen kelas kecilDengan kelas yang terdiri dari 10 anak, yang dibimbing oleh 2 orang guru, perhatian guru untuk masing-masing anak lebih terfokus. Dalam kelas yang relatif kecil ini, siswa juga lebih mudah mengarahkan perhatiannya.
  2. Pendekatan multisensoryAgar siswa lebih mudah memahami pelajaran, guru menyampaikan materi melalui berbagai indera, baik penglihatan, pendengaran, sentuhan, ataupun dengan pengalaman langsung.
  3. Adanya aturan kelasAturan kelas berfungsi untuk mengkondisikan situasi belajar di kelas agar menjadi kondusif dan proses belajar-mengajar dapat berjalan dengan lancar. Aturan di masing-masing kelas bisa berbeda, tergantung dari kondisi siswa dari kelas yang bersangkutan.
  4. Adanya reward systemUntuk siswa berkesulitan belajar, reward system ini amat bermanfaat untuk membangun motivasi mereka. Pada mulanya reward bersifat eksternal dan secara bertahap diubah menjadi internal
  5. Pelatihan ketrampilan sosialPelatihan ini berguna untuk meningkatkan pemahaman terhadap diri sendiri maupun lingkungan sosial anak. Dalam pelatihan ini, anak juga diarahkan untuk memahami kesulitan belajarnya dan bagaimana strategi untuk mengatasinya.
  6. Belajar dengan iringan musikDi kelas anak belajar dengan iringan musik klasik, untuk mengarahkan konsentrasi dan emosi mereka.
  7. Kegiatan ekstra-kurikuler difokuskan untuk meminimalkan kesulitan belajar anakKegiatan ini bukan diarahkan pada prestasi, tetapi lebih pada melatih proses-proses yang dapat meminimalkan kesulitan belajar siswa. Misalnya kegiatan sepak bola difokuskan untuk melatih koordinasi visual-motorik dan kerjasama.
C. Beberapa Contoh Strategi yang Dilakukan di Kelas

Secara faktual, kesulitan anak disieksia bukan hanya pada membaca, tetapi juga pada bidang lain. Menurut
Pollock & Waller (1994), anak disieksia dapat mengalami gangguan di satu atau beberapa bidang dalam
proses belajarnya, yaitu:
  1. Membaca
  2. Menulis
  3. Memahami urutan (sequencing)
  4. Memahami orientasi
  5. Memahami angka

Di kelas, guru-guru mempunyai strategi yang dikembangkan dengan kreativitasnya masing-masing untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.

C.1. Membaca Membaca dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
  1. Membaca teknis
  2. Membaca pemahaman
C.1.1. Membaca teknis Anak yang memiliki kesulitan membaca secara teknis biasanya persepsi visualnya terganggu. Strategi yang dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan membaca anak, antara lain dengan:
  1. Mulai dari hal yang sudah dikuasai anak. Misalnya mulai dari pengenalan huruf, suku kata, kata yang terdiri dari dua suku kata, dst.
  2. Dikte Guru mendiktekan kata atau kalimat, lalu anak menuliskannya.Anak mendiktekan kata atau kalimat,lalu guru menuliskan, dan anak membacanyakembali (Harwell, 1995)
  3. Membaca wacana dan menjawab pertanyaan bacaanMembaca bacaan menggambar, misalnya dari buku cerita Membaca wacana tanpa gambarGuru dan siswa membaca bersama, kemudian secara bertahap guru memperkecil volume suaranya (Harwell, 1995)
  4. Membedakan b dan d dengan bantuan ibu jari tangan kiri dan kanan.
  5. Membuat huruf dengan lilin
  6. Saat freetime digunakan untuk membuat tugas-tugas yang melatih persepsi visual
  7. Pada pelajaran membaca di kelas, siswa yang mengalami kesulitan membaca diberi giliran membaca paling akhir agar ia dapat mendengarkan teman-temannya terlebih dahulu.
  8. Pada saat tes, tulisan diperbesar.
  9. Anak diberikan bantuan dalam membaca, misalnya dibacakan soal pada saat tes, namun bantuan tersebut akan dikurangi secara bertahap sejalan dengan meningkatnya kemampuan anak
  10. Pengurangan jumlah soal
C.1.2. Membaca Pemahaman
Anak yang memiliki kesulitan untuk memahami bacaan, biasanya mengalami gangguan dalam berpikir secara konseptual. Kemungkinan ia juga kurang memahami kata kata demi kata dalam bacaan tersebut. Strategi yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman antara lain:
  1. Memberikan bantuan gambar pada saat menjelaskan suatu konsep
  2. Mind MappingStrategi ini diberikan agar anak memperoleh gambaran umum dari materi yang akan diajarkan
  3. Sebelum membaca suatu wacana, dengan hanya melihat judulnya saja, anak dibiasakan untuk bertanya: apa, siapa, dimana, kapan, mengapa, bagaimana
  4. Penjelasan langsung pada saat mengalami suatu kejadian, misalnya berkelahi dengan teman, anak langsung dijelaskan sebab akibatnya.
C.2. Menulis
Beberapa anak disleksia memiliki tulisan yang buruk. Biasanya hal ini disebabkan karena kontrol motorik yang kurang baik dan tekanan yang kurang sesuai pada saat menulis. Strategi yang biasa dilakukan guru untuk memperbaiki bentuk tulisan, antara lain dengan:
  1. Latihan menulis halus, berupa pola ataupun kalimat. Latihan ini biasanya diberikan pada saat freetime ataupun sebagai hukuman apabila anak melakukan suatu kesalahan
  2. Menggunakan pencil grip
  3. Menggunakan pensil 2B untuk anak yang tekanannya terlalu lemah dan pensil H untuk yang tekanannya sangat kuat
  4. Pada saat freetime, diberikan tugas-tugas untuk melatih kemampuan motorik halus, seperti aktivitas ‘dot to dot’
C.3. Memahami urutan (sequencing)
Sebagian anak disleksia mengalami gangguan dalam pemahaman urutan (sequential problem). Mereka seringkali sulit mengingat urutan hari dalam satu minggu atupun bulan dalam satu tahun. Mereka juga sulit mengingat deret angka seperti 3, 6, 9, dst… Strategi yang dilakukan guru untuk melatih kemampuan sequencing siswa, antara lain dengan:
  1. Siswa diminta untuk menceritakan kembali secara runtut dari apa yang telah diceritakan guru
  2. Siswa diminta untuk memceritakan kembali secara runtut dari film pendek yang baru saja ditonton
  3. Siswa diminta untuk bercerita, baik secara lisan maupun tertulis, tentang kejadian yang baru dialaminya
  4. Melakukan permainan yang melatih kemampuan squencing.

C.4. Orientasi
Banyak anak disleksia yang ragu mengenai orientasi, seperti kiri-kanan, depan-belakang, dan atas-bawah. Bahkan ada di antara mereka yang benar-benar mengalami disorientasi tentang waktu dan tempat dimana mereka berada. Strategi yang dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan orientasi siswa, antara lain:
  1. Latihan baris-berbaris
  2. Untuk anak yang benar-benar disorientasi mengenai kiri dan kanan, salah satu tangannya diberi tanda, misalnya dengan gelang
  3. Setiap hari di kelas ditekankan mengenai hari dan tanggal
  4. Melakukan permainan yang melatih kemampuan orientasi anak. Misalnya guru memberikan instruksi: “Pegang telinga kiri dengan tangan kanan”
C.5. Pemahaman Angka
Sebagian anak disleksia juga mengalami kesulitan dalam pelajaran matematika. Hal ini biasanya berhubungan dengan kemampuan pemahaman bahasa, masalah sequential, dan pemahaman simbol. Seringkali mereka mengalami kesulitan dalam menghitung mundur dan salah menempatkan angka dalam proses penjumlahan atau pengurangan (spatialproblem). Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, strategi yang digunakan guru antara lain:
1) Menggunakan kertas berpetak untuk proses penjumlahan dan pengurangan2)
Simbol < dan > digambarkan seperti mulut buaya. Disampaikan kepada siswa bahwa mulut buaya selalu menghadap ke angka yang lebih besar.

D. DYSGRAPHIA
“Dysgraphia” adalah akibat ketidakmampuan belajar dari kesulitan dalam mengungkapkan pikiran secara tertulis dan grafik. Hal ini biasanya mengacu pada tulisan tangan yang sangat miskin.
Setiap Negara memiliki kriteria sendiri yang menentukan apakah seorang siswa memiliki ketidakmampuan belajar seperti yang didefinisikan oleh pedoman pendidikan khusus. Ketika seorang siswa menulis atau grafik kesulitan yang cukup berat untuk memenuhi kriteria ini, layanan pendidikan khusus ditandai. Masalah muncul karena “dysgraphia” tidak memiliki kriteria yang jelas. Seorang siswa dengan tingkat kesulitan tulisan tangan mungkin akan diberi label “dysgraphic” oleh beberapa ahli pendidikan, tetapi mungkin atau mungkin tidak memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Sebagian besar siswa tidak mampu belajar mengalami kesulitan dengan tulisan tangan dan mungkin bisa dianggap “dysgraphic”. Namun, istilah ini jarang digunakan dalam sekolah-sekolah umum karena tidak adanya umumnya diakui atau kriteria yang terukur.

Penyebab:
Siswa dengan urutan dysgraphia sering memiliki masalah. Studi menunjukkan bahwa apa yang biasanya tampak sebagai masalah persepsi (pembalikan huruf / angka, menulis kata-kata mundur, menulis surat rusak, dan sangat ceroboh tulisan tangan) biasanya tampaknya berkaitan langsung dengan berurutan / pengolahan informasi yang rasional. Siswa ini sering mengalami kesulitan dengan urutan huruf dan kata ketika mereka menulis. Akibatnya, baik siswa perlu melambat untuk menulis secara akurat, atau pengalaman kesulitan ekstrim dengan “mekanika” penulisan (ejaan, tanda baca, dsb). Mereka juga cenderung untuk mencampur huruf dan angka pada formula. Biasanya mereka mengalami kesulitan bahkan ketika mereka melakukan pekerjaan mereka lebih lambat. Dan dengan memperlambat atau mendapatkan “terjebak” dengan perincian menulis mereka sering kehilangan pikiran bahwa mereka mencoba untuk menulis tentang.
Siswa dengan gangguan kekurangan perhatian (terutama dengan hiperaktif) sering mengalami kesulitan agak signifikan dengan tulisan dan rumus pada umumnya dan tulisan tangan pada khususnya. Hal ini karena siswa ADHD juga mengalami kesulitan mengatur dan pengurutan informasi rinci. Selain itu, siswa ADHD sering memproses informasi pada tingkat yang sangat cepat dan hanya tidak memiliki koordinasi motorik yang diperlukan untuk “menjaga” dengan pikiran mereka.
Beberapa siswa dapat juga mengalami kesulitan menulis karena pendengaran umum atau pengolahan bahasa kelemahan. Karena mereka kesulitan belajar dan memahami bahasa secara umum, mereka jelas mengalami kesulitan dengan ekspresi bahasa. Ingatlah bahwa bahasa tertulis yang paling sulit adalah bentuk ekspresi bahasa.
Meskipun sebagian besar siswa dengan dysgraphia tidak memiliki persepsi visual atau masalah pemrosesan, beberapa siswa dengan kelemahan pemrosesan visual akan mengalami kesulitan dengan kecepatan dan kejelasan menulis hanya karena mereka tidak mampu sepenuhnya memproses informasi visual karena mereka meletakkannya di halaman .

GEJALA
  1. Siswa dapat menunjukkan verbal kuat tapi miskin khususnya keterampilan menulis.
  2. Random (atau tidak ada) tanda baca. Kesalahan ejaan (kadang-kadang kata yang sama dieja berbeda); pembalikan; phonic perkiraan; suku kelalaian; kesalahan dalam akhiran umum. Kecanggungan dan disordering sintaksis; kesan buta huruf. Salah tafsir pertanyaan dan kuesioner item. Teratur penomoran dan nomor ditulis pembalikan.
  3. Umumnya tidak terbaca menulis (meskipun tepat waktu dan perhatian yang diberikan tugas).
  4. Inkonsistensi: campuran dari cetak dan kursif, huruf besar dan kecil, atau tidak teratur ukuran, bentuk, atau huruf miring.
  5. Selesai kata-kata atau huruf, kata-kata dihilangkan.
  6. Posisi pada halaman yang tidak konsisten sehubungan dengan garis dan marjin dan ruang tidak konsisten antara kata dan huruf.
  7. Pegangan sempit atau tidak biasa, terutama memegang alat-alat tulis sangat dekat dengan kertas, atau memegang jempol lebih dari dua jari dan menulis dari pergelangan tangan.
  8. Berbicara dengan diri sendiri saat menulis, atau hati-hati mengamati tangan yang sedang menulis.
  9. Memperlambat atau bekerja menyalin atau menulis – bahkan jika rapi dan dapat dibaca.
STRATEGI
  1. Mendorong siswa untuk menguraikan pikiran mereka. Penting untuk mendapatkan ide-ide utama di atas kertas tanpa harus berjuang dengan rincian ejaan, tanda baca, dll
  2. Minta siswa menggambar sebuah pikiran untuk setiap paragraf.
  3. Siswa telah mendikte ide-ide mereka ke dalam sebuah tape recorder dan kemudian dengarkan dan tuliskan kemudian.
  4. Apakah mereka berlatih keterampilan keyboard. Mungkin sulit pada awalnya, tetapi setelah mereka telah mempelajari pola kunci, mengetik akan lebih cepat dan lebih jelas daripada tulisan tangan.
  5. Memiliki komputer yang tersedia bagi mereka untuk mengatur informasi dan memeriksa ejaan. Bahkan jika mereka keterampilan keyboard tidak besar, komputer dapat membantu dengan rincian.
  6. Apakah mereka terus berlatih tulisan tangan. Akan ada saat sepanjang kehidupan siswa bahwa mereka akan harus mampu menulis hal-hal yang turun dan bahkan mungkin berbagi tulisan tangan dengan orang lain. Ini akan terus meningkat selama mahasiswa itu terus bekerja di.
  7. Mendorong siswa untuk berbicara keras ketika mereka menulis. Ini dapat memberikan umpan balik yang berharga pendengaran.
  8. Memungkinkan lebih banyak waktu untuk tugas-tugas tertulis termasuk mencatat, menyalin, dan tes.
  9. Menggariskan tuntutan tertentu tugas kursus / berkesinambungan penilaian; ujian, dll melek komputer sehingga kemungkinan masalah dapat diramalkan.
  10. Berikan dan memungkinkan siswa untuk memulai proyek-proyek atau penugasan awal.
  11. Termasuk waktu di jadwal siswa untuk menjadi ‘asisten perpustakaan’ atau ‘kantor asisten’ yang dapat juga digunakan untuk menangkap atau terlalu cepat pada pekerjaan tertulis, atau melakukan kegiatan alternatif yang berkaitan dengan materi yang dipelajari.
  12. Alih-alih menulis siswa memiliki satu set lengkap catatan, sebagian selesai memberikan garis besar sehingga mahasiswa dapat mengisi rincian di bawah judul utama (atau menyediakan rincian dan mahasiswa memberikan judul).
  13. Biarkan siswa untuk mendikte beberapa tugas atau tes (atau bagiannya) yang ‘ahli kitab’. Melatih para ‘juru tulis’ untuk menulis apa yang dikatakan siswa kata demi kata dan kemudian memungkinkan siswa untuk melakukan perubahan, tanpa bantuan dari sang penulis.
  14. Hapus ‘kerapian’ atau ‘ejaan’ (atau keduanya) sebagai kriteria penilaian untuk beberapa tugas, atau tugas desain untuk dievaluasi pada bagian-bagian tertentu dari proses penulisan.
  15. Dengan siswa, memungkinkan singkatan dalam beberapa tulisan (seperti b / c untuk karena). Apakah siswa mengembangkan repertoar singkatan dalam sebuah buku catatan. Ini akan berguna di masa depan mencatat situasi.
  16. Mengurangi menyalin aspek kerja, misalnya, di Matematika, memberikan sebuah worksheet dengan masalah-masalah sudah di atasnya, bukan siswa yang memiliki masalah salin.
  17. Pisahkan penulisan ke tahap dan kemudian mengajar siswa untuk melakukan hal yang sama. Mengajarkan tahap-tahap proses penulisan (brainstorming, penyusunan, penyuntingan, dan proofreading, dll). Pertimbangkan grading tahap ini bahkan pada beberapa ‘satu-duduk’ latihan menulis, sehingga poin diberikan pada esai pendek untuk brainstorming dan konsep kasar, serta produk akhir.
  18. Di komputer, siswa dapat menghasilkan konsep kasar, salin, dan kemudian merevisi salinan, sehingga baik yang kasar konsep dan produk akhir dapat dievaluasi tanpa ekstra mengetik.
  19. Mendorong siswa untuk menggunakan spellchecker dan, jika mungkin, ada orang lain yang mengoreksi karyanya juga. Berbicara spellcheckers disarankan, terutama jika mahasiswa mungkin tidak dapat mengenali kata yang benar (headphone biasanya termasuk).
  20. Biarkan siswa untuk menggunakan kursif atau naskah, mana yang paling terbaca
  21. Mendorong siswa utama untuk menggunakan kertas dengan garis-garis yang terangkat untuk terus menulis di telepon.
  22. Biarkan tua siswa untuk menggunakan jalur lebar pilihan mereka. Perlu diketahui bahwa beberapa mahasiswa menggunakan tulisan kecil untuk menyamarkan yang berantakan atau ejaan.
  23.  Memungkinkan siswa untuk menggunakan kertas atau alat tulis warna yang berbeda.
  24. Biarkan murid menggunakan kertas grafik untuk matematika, atau untuk mengubah kertas bergaris miring, untuk membantu dengan berbaris kolom-kolom angka.
  25. Biarkan siswa untuk menggunakan alat-alat tulis yang paling nyaman bagi mereka.
  26. Jika penyalinan adalah susah payah, memungkinkan siswa untuk membuat beberapa pengeditan tanda daripada recopying semuanya.
  27. Mempertimbangkan apakah penggunaan perangkat lunak pengenalan suara akan sangat membantu. Jika mahasiswa dan guru yang bersedia menginvestasikan waktu dan usaha dalam ‘pelatihan’ perangkat lunak untuk suara mahasiswa dan belajar untuk menggunakannya, maka mahasiswa dapat dibebaskan dari proses motor menulis atau keyboard.
  28. Mengembangkan proyek penulisan koperasi di mana siswa yang berbeda dapat mengambil peran seperti ‘brainstormer,’ ‘penyelenggara informasi,’ ‘penulis,’ ‘proofreader,’ dan ‘ilustrator. “
  29. Menyediakan struktur dan penggunaan tambahan berselang tenggat waktu untuk tugas jangka panjang. Diskusikan dengan siswa dan orang tua kemungkinan penegakan tanggal jatuh tempo dengan bekerja setelah sekolah dengan guru dalam acara tiba dan tenggat waktu pekerjaan tidak up-to-date.
  30. Tulisan tangan membangun instruksi ke jadwal siswa. Rincian dan tingkat kemerdekaan akan bergantung pada usia siswa dan sikap, tetapi banyak mahasiswa yang ingin memiliki tulisan tangan yang lebih baik.
  31. Perlu diketahui bahwa tulisan tangan kebiasaan berurat berakar awal. Sebelum terlibat dalam pertempuran selama pegangan siswa atau apakah mereka harus menulis dalam kursif atau mencetak, pertimbangkan apakah menerapkan perubahan dalam kebiasaan pada akhirnya akan membuat tugas menulis jauh lebih mudah bagi siswa, atau apakah ini adalah kesempatan bagi siswa untuk membuat pilihan sendiri. Waspadalah terhadap overload, mahasiswa memiliki tugas lain dan kursus.
  32. Tulisan tangan mengajarkan metode alternatif seperti “Tulisan Tangan Tanpa Air Mata.”
  33. Menulis hanya satu kata kunci atau frase untuk setiap paragraf, dan kemudian akan kembali nanti untuk mengisi detil yang ada mungkin efektif.
  34. Teknik multiindrawi harus digunakan untuk mengajar baik naskah dan tulisan kursif. Teknik-teknik yang perlu dipraktekkan secara substansial sehingga surat-surat cukup otomatis sebelum siswa diminta untuk menggunakan keterampilan-keterampilan ini untuk mengkomunikasikan ide-ide.
  35. Mintalah siswa menggunakan grafis visual penyelenggara. Sebagai contoh, Anda dapat membuat peta pikiran sehingga gagasan utama diletakkan dalam suatu lingkaran di tengah halaman dan fakta-fakta yang mendukung ditulis pada baris keluar dari lingkaran utama, mirip dengan lengan atau jari-jari laba-laba pada roda.
  36. Apakah kertas dan tugas dalam langkah logis urutan bijaksana. Cara mudah untuk mengingat langkah-langkah ini adalah untuk memikirkan kata POWER.
  • P – Merencanakan kertas
  • O – Mengatur pikiran dan ide
  • W – Tulis draft
  • E – Edit pekerjaan Anda
  • R – Merevisi pekerjaan Anda, yang menghasilkan draft akhir
  37. Jika seorang siswa menjadi lelah telah mereka mencoba hal berikut:
  • Shake tangan cepat, tetapi tidak keras.
  • Gosokkan kedua tangan dan fokus pada perasaan hangat.
  • Gosokkan tangan di atas karpet di lingkaran (atau, jika mengenakan pakaian dengan tekstur ringan, gosok tangan di paha, dekat lutut)
  • Gunakan ibu jari tangan yang dominan untuk mengklik bagian atas bolpoin saat memegangnya di tangan itu. Ulangi dengan menggunakan jari telunjuk.
  • Lakukan duduk pushups dengan menempatkan telapak tangan di atas kursi dengan jari-jari menghadap ke depan. Mahasiswa menekan tangan mereka, mengangkat tubuh mereka sedikit turun dari kursi.
38. Memungkinkan siswa untuk merekam tugas-tugas penting dan / atau mengambil tes lisan.
39. Prioritaskan komponen-komponen tugas tertentu selama kegiatan yang kompleks. Sebagai contoh, siswa dapat berfokus pada penggunaan kata keterangan dalam satu tugas, dan lain, fokus pada menggunakan kalimat majemuk.
40. Memperkuat aspek-aspek positif upaya mahasiswa.
41. Bersabar dan mendorong siswa untuk bersabar dengan dirinya sendiri.

Strategi UntukKesulitan mengeja:
  1. Konsisten mendorong penggunaan spell checker untuk mengurangi tuntutan keseluruhan tugas menulis dan mendorong siswa untuk menunggu sampai akhir khawatir tentang ejaan.
  2. Mendorong penggunaan sumber daya elektronik seperti periksa ejaan komponen dalam Bahasa Franklin Master ® untuk lebih menurunkan tuntutan. Jika mahasiswa memiliki masalah membaca bersamaan, sebuah Master Bahasa ® dengan komponen berbicara sangat membantu karena akan membaca / mengucapkan kata-kata.
  3. Memiliki mahasiswa melihat setiap kata, kemudian menutup mata dan visualisasikan bagaimana tampilannya, huruf demi huruf.
  4. Apakah mahasiswa mantra setiap kata dengan suara keras sambil menatap itu, lalu berpaling dan mengejanya dengan suara keras lagi beberapa kali sebelum menuliskannya.
  5. Apakah siswa memecahkan daftar ejaan ke dalam bagian hanya dikelola 3-5 kata-kata. Kemudian istirahat setelah menguasai setiap bagian.
  6. Memiliki merogoh papan dan komputer dapat diakses bagi siswa yang terkena dampak.
E. SLOW LEARNER
Ada beberapa istilah yang sering dipergunakan untuk menyebut anak slowlearner, antara lain adalah anak lamban belajar atau dull normal dan biasanya anak ini mempunyai tingkat kecerdasan diatas 67 – 85 menurut Biehler.
Dengan cirri-ciri khusus sebagai berikut :
  • Kemampuan belajar dibawah rata-rata anak normal
  • Kelemahan intelektual tidak begitu mempunyai pengaruh di bidang social, tetapi berpengaruh dibidang pelajaran akademis.
  • Kemampuan lebih baik dari pada debil dan dapat berfikir abstak
  • Kurang perhatian mempelajari pelajaran di sekolah yang sifatnya pemecahan dalam berfikir
  • Mengalami kesukaran untuk semua mata pelajaran yang diberikan, sehingga tanpa bimbingan yang baik anak tidak dapat menyelesaikan sekolah dasar
  • Kurang dapat mengadakan kritik terhadap dirinya sendiri
  • Perkembangan motoriknya lamban
  • Lebih senang bercerita dan membicarakan hal-hal yang kongkrit daripada belajar
Dari cirri-ciri tersebut anak slowlearner harus diperlakukan beda dengan anak-anak normal lainnya. Memang jika diperhatikan secara sekilas anak slowlearner dalam segi fisik tidak ada perbedaan dengan anak normal, akan tetapi dalam segi psikis lah dapat diketahui dengan pasti bahwa mereka slowlearner atau setelah diadakan tes kecerdasan, dan setelah diketahui tingkat kecerdasannya maka guru harus dapat menentukan langkah-langkah yang akan ditempuh selanjutnya.

Bila anak slowlearner kesulitan dalam belajar atau kesulitan dalam menerima materi pembelajaran yang disampaikan guru, maka untuk mngatasi hal tersebut guru harus berusaha agar materi pembelajaran mudah diserap dan diingat oleh anak slowlearner, untuk itu sekolah dapat menyediakan media pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan anak slowlearner
Anak Slowlearner berbeda dengan anak debil baik dari segi fisiknya maupun psikis, oleh karena itu kemampuannyapun juga berbeda bila anak debil tidak dapat menyelesaikan pendidikannya sampai sekolah dasar maka anak slowlearner ini masih dapat menyelesaikan pendidikannya pada sekolah dasar bila dapat pelayanan yang sesuai. Apabila keluarga, guru dan masyarakat sudah mengetahui dan menyadari kemampuan anak dan juga berusaha membimbingnya maka anak tidak akan pesimis dan timbul rasa percaya diri, yang akhirnya bergaul dengan masyarakat tidak malu.
Dalam pendidikan di sekolah, bila anak ini dicampur dengan anak normal dan tanpa pelayanan tambahan dari pihak sekolah maka akan merugikan diri anak, akibatnya anak akan selalu ketinggalan dalam memahami semua pelajaran. Untuk itu perlakuan khusus pada anak-anak seperti ini harus diberikan pelajaran tambahan dengan metode yang kongkrit seperti melihat gambar, video ataupun peragaan. Karena media-media seperti inilah yang akan menjembatani pemahaman mereka terhadap pelajaran yang diberikan sebagai contoh :
Bila guru menjelaskan materi pelajaran yang sulit diterima oleh siswa maka guru tersebut harus mengulang berkali-kali, dan hal ini akan mengakibatkan tidak tercapainya target pembelajaran. Jika guru mengerti bahwa diantara siswa tersebut ada siswa slowlearner maka guru akan mencari metode yang tidak mengganggu anak normal lainnya seperti menggunakan media gambar atau video ataupun dapat dengan model.
Hal ini sesuai dengan definisi prestasi belajar sebagai kemampuan seseorang untuk mencapai pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman belajar yang di kemukakan oleh Sumadi Suryabrata (1983:30)
Untuk itu diharapkan guru dapat mengoptimalkan media pembelajaran yang ada disekolah agar dapat memperlakukan siswa slowlearner secara baik dan benar.
Title : Jenis-Jenis Kesulitan Belajar
Description : Jenis-jenis kesulitan belajar A. Diskalkulia Apakah yang dimaksud ‘Discalculia’? ‘Dyscalculia’ mengacu pada kesulitan...

0 Response to "Jenis-Jenis Kesulitan Belajar"

Post a Comment